I'ts a Brand New World! [Open Limited]

Setting: Minggu, siang pukul 02.00 p.m. Sebelumnya sempat hujan deras.

TimeLine: Sekitar 1 minggu setelah OSPEK

Situasi: Tidak terlalu ramai, udara sejuk

Note:
- Open untuk 2 orang selain Altha dan 1 Invited
- Rep secara berurutan sesuai dengan urutan posting pertama kali. Budayakan antri, ok?

---

Pohon sakura masih berjejeran kokoh menghiasi taman kampus. Sayangnya, hampir sebagian besar telah melewati masa mekar. Apalagi beberapa menit menit sebelumnya, hujan deras mengguyur wilayah pegunungan Mihara. Lengkap sudah pohon Sakura yang rontok, menghujani mahasiswa yang ada di sana, termasuk Altha.

Sosoknya yang mungil —dipadu balutan perban dan plester karena luka saat OSPEK tempo hari, seolah tidak peduli akan tubuhnya bagian pinggul ke bawah basah karena duduk di atas rerumputan yang diselimuti air. Dia masih berlum terlalu lama di sini. Masih hitungan detik mungkin.

Altha merenggangkan tubuhnya, capek. Sepanjang hujan tadi, Altha menghabiskan waktu untuk belajar menggambar, mengasah skill seni rupanya yang sebenarnya jauh dari kata bagus. Masuk jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan, jelas sebuah hal nekad dan gila, kata Hana begitu. Tempo hari, begitu mengetahui berita bahwa ternyata Altha masuk jurusan seni rupa, Ayah mengomelinya habis-habisan. Soalnya, Altha itu jago pada seni musik! Hana bahkan menganjurkan untuk pindah kampus. Namun yang namanya sudah kepalang tanggung, Altha mana mau mencabut keputusannya begitu saja. Dia memilih untuk menekuni jurusan ini, siapa tau ada keuntungannya.

Dan jadilah tadi pagi, Altha baru saja memulai latihannya. Dan latihan itu melelahkan, bahkan cenderung membuatnya bosan. Apalagi tidak ada musik yang bisa mengiringi. Mengingat iPod-nya yang hancur lebur saat OSPEK kemarin, benar-benar membuat gadis mungil itu sebal. Dia ingin beli baru, tapi tidak berani mengatakan pada Ayah. Soalnya akan merepotkan, dan pasti Ayah akan marah besar lagi. Ck, sekarang terpaksa Dia harus bersabar untuk tidak mendengakan musik secara pribadi.

Helaan nafas panjang terdengar, seolah berusaha mengeluarkan beban yang ada. Harum dedaunan yang baru diguyur hujan, membentuk sebuah wewangian alami yang menyegarkan tubuh. Rasanya penat jadi hilang dan semangat jadi naik lagi!

"IT'S A BRAND NEW WORLD!!" Teriak Altha tiba-tiba, moto penyemangat yang biasa diucapkan jika ingin memulai sebuah kegiatan. Tak ayal beberapa orang melihatnya dengan pandangan kaget. Altha meringis polos, walau sebenarnya nyaris tidak ada rasa bersalah secuilpun di hatinya. Lagipula, teriakannya tadi 'kan mengandung makna baik, yang mendengarnya harusnya juga bisa jadi bersemangat kaya' Altha, dong. Iya nggak?!

Berdiri dengan satu loncatan, Altha menyusuri jalanan taman dengan tungkai yang melangkah perlahan, sedikit loncat-loncat ceria. Oh ya, bukankah ada lagu yang liriknya mengandung moto Altha tadi? Malah Altha suka kata-kata tersebut dari lagu ini, lho.

Mengingat setiap bait lagu, suara Altha mulai terdengar, membentuk setiap nada lagu dengan merdu. Dan secara otomatis, tubuhnya menari lincah, menjadi taman ini sebagai medan panggungnya. Siapa yang mau ikut Altha bernyanyi?

"Dokomade ittemo oikosenai
Toki ga nagarete ittemo kie wa shinai
Saa dokomade ittara tadoritsuku no
Tooi hi no kioku

Yoake koro sora mireba kagayaiteita
It's a brand new world!
Yume de mita hoshi hitotsu mitsumeteru

Kurikaesu mama kasaneta hibi ni
Nakushita yume mo torimodosu kara
Uso itsuwari no sekai wa iranai
Kono te de tsukameru

Sou bokura wa zutto matteru
Itsumade datte matteru
Dokomade mo tsuzuite yuku michi de
Kokoro ni zutto daiteru
Kono yume kitto kanau hazu
Naite waratte susunde yuku"

---

OOC: Silahkan deskripsikan mendengarkan nyanyian sampai akhir, atau mau ikut bergabung, atau malah memotongya. Kalau dipotong, setidaknya sampai lirik yang saya posting.

Credit Title and Lyrics: Believe - Arashi

Ospek berakhir. OSPEK BERAKHIR, saudara-saudara! Mwahahahaha! Akhirnya kebebasan datang lagi pada si imut dari gua hentai, siapa lagi kalau bukan Strawberry-chan Toshi. Bukan, bukan karena benci pada senior yang mengospeknya atau pada metode ospeknya, atau hal lain yang kalian pikirkan, tapi entah kenapa Toshi selalu ketiban sial kalau ospek. Entah itu mencari-cari koin sampai tenggelam, atau malah diseruduk babi hutan padahal harusnya dia yang menyeruduk babi hutan. Lho, salah? Ehehehe.

Yaaa pokoknya begitu deh. Ospek berakhir, sudah seminggu ternyata. Kegiatan belajar di universitas ini pun sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Toshi menatap langit dengan penuh percaya diri. Ia bukan lagi seorang murid SMU yang clean freak dan suka menari-nari tak jelas, ia adalah seorang MAHASISWA. Wuiihh kedengaran sangat cool dan oke. Kaa-san pasti bangga memiliki anak lelaki yang super oke seperti Toshi ini. Mwahahahaha!

Ngomong-ngomong, tertawanya Toshi lama-lama terdengar menyeramkan. Belajar dari senior semasa ospek, ya?

Hmmhh...hari Minggu, harusnya jadi hari libur dengan beristirahat di rumah. Sayang, karena Toshi sedang nganggur—dan kaa-san dan Rei-chan sedang sibuk dengan tugas masing-masing—jadi Toshi memilih untuk menghabiskan waktu di taman kesukaannya ini, seperti sewaktu masih menunggu pengumuman ujian masuk. Membawa bento yang dibuatnya sendiri (atau kadang-kadang dibuatkan Rei-chan, tapi kali ini tidak) dan dimakan di kursi taman. Udara musim semi memang sejuk dan adem. Tak heran, jam dua siang pun terasa seperti jam empat sore.

"Itadakimaaaaaaaaaaasssuuuu~"

Kyaaa kyaaa makan bekal~ Berasa SMU lagi deh...hahaha. Eh, lho...sepertinya Toshi mendengar sesuatu...sesuatu...hmm...ada yang menyanyi ya? Dari mana ya asal suaranya? Sepertinya tidak jauh dari sini. Toshi bangkit dari duduknya dan tetap memegang bento dengan mantap, memutar-mutar tubuhnya mencari asal suara yang ia dengar, nyanyian anak perempuan...


Toshi senyam-senyum sendiri melihat gadis itu menari-nari dengan senangnya. Luka-luka itu...pasti karena ospek. Yap, Toshi yakin sekali, karena mereka sekelas pada waktu ujian masuk plus seminggu pertama belajar ini juga Toshi melihatnya berada di kelas yang sama. Satu jurusan, agaknya, tapi ia belum mengenal nona ini. Dia marah tidak ya kalau dikagetkan? Konser tunggalnya bisa bubar seketika tuh. Tapi...mwehehehehe...coba ah...

"DOR!"

Muncul begitu saja tepat didepan si anak perempuan yang sedang menari-nari. Uwooww, semoga saja Toshi tidak kena gampar. Perempuan itu sulit di tebak, tahu? Kotak bentonya masih terbuka, dan ia tertawa-tawa kecil memperhatikan si gadis yang menyanyi.

"Sepertinya kau sedang berbahagia ya?"

---

Invited

Berputar, meloncat, terkadang berlari, semua dilakukan dalam irama yang sesuai. Memang bukan dance keren seperti yang punya lagu. Tapi, Altha lebih suka begini, kok. Semua dilakukan dalam gerakan yang berbeda. Walau setiap tempo ada yang sama gerakannya, tetap saja beda. Misalnya nih, sama-sama loncat. Tapi, yang sebelumnya loncat pakai 1 kaki, satunya loncat pake 2 kaki —sampe nyusruk. Beda 'kan? Intinya, gadis berkedok bocah ini bernyanyi sambil nari bebas tanpa ikatan, itupun kalau bisa disebut menari.

Ketika dirinya ingin berputar ke belakang, tiba-tiba di depannya sudah ada orang. "DOR!" Sebuah teriakan dari sosok itu jelas membuat Altha nyaris jantungan. Seketika itu juga Dia menghentikan nyanyian yang baru menyelesaikan 1 reff lagu. Selain itu, Altha bahkan nyaris jatuh terjungkal karena menari dengan kaki yang tidak seimbang berdirinya. Untung saja, Altha bisa mengendalikan diri, dapat berdiri seperti semula, mengingat nona yang satu ini memang sudah biasa berdiri dalam ketidak seimbangan karena tariannya yang memang selalu tidak beraturan, mitip balet nggak jadi.

Iris hazelnya melirik ke arah figur yang mengagetkannya tadi —seorang cowok dengan kotakbentou terbuka, tertawa kecil dengan wajah tanpa dosa. Altha kenal? Maybe yes, maybe no. Wajahnya, sih nggak familiar, sering berseliweran di sekitar Altha. Teman satu fakultas mungkin, tapi Altha nggak tau siapa namanya. Tau nggak tau, kenal nggak kenal.

"Sepertinya kau sedang berbahagia ya?" Tanya pemuda itu, seolah seorang cenayang yang bisa menebak perasaan Altha yang berubah haluan itu. Eh, tapi kalau melihat seorang gadis nyanyi-nyanyi seenaknya sendiri seperti biasanya dengan gerak tubuh pecicilan, siapa juga yang tidak tau isi hati yang bersangkutan? Jadi harusnya Altha tidak perlu kaget karena hal itu 'kan?

"Harus itu," Ujar sang dara cerah ceria, lupa dengan perbuatan pemuda itu sebelumnya, "Kalau BeTe terus nggak asyik 'kan?" Mana mau disuruh BeTe seharian? Lebih seru ketawa-ketiwi sambil nyanyi, geje juga boleh. Asalkan bersenang-senang. Iya 'kan? Iya 'kan?" Jyah, mulai deh cerewet tingkat akutnya muncul di permukaan.

Tubuhnya sedikit menunduk, membiarkan manik hazelnya melihat ke arah kotak bentou yang dibawa pemuda itu, "Wah, kelihatannya enak. Buatanmu sendiri?" Tanya Altha sembari melihat pemuda itu dengan takjub, ganti topik dengan nggak sengaja gitu ceritanya. Sebuah cengiran khas bocah jelas terpampang di wajahnya yang baby face itu.

Apa yang dilakukan Byakuya di sini?

Pindah tempat tidur. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kamarnya yang dihuni bersama teman-teman yang ramah meski agak berantakan. Tetap merupakan tempat ternyaman dimana dirinya bisa rebahan dengan berbagai gaya tanpa ada yang mengganggu. Tanpa penggiling soba melayang ke kepala ketika dirinya terlambat bangun atau suara lantang sang nenek yang menyuruhnya bangun.

Ah, itu dia. Aneh kenapa sekarang ia justru menginginkan ada yang melayang ke kepalanya dan teriakan membahana wanita perkasa itu. Well, sebutlah ia home sick. Semacam penyakit merindukan rumah.

Berada di kamar membuatnya terbayang rumah, dan nenek, dan penggiling soba yang sering melayang ke kepala, juga soba terenak buatan nenek. Maka Byakuya mengambil jamper hitamnya dan melangkah keluar. Hujan belum lama berhenti. Menyisakan titik-titik embun di ujug dahan dan pucuk-pucuk daun muda.

Dan ini yang dia lakukan. Berdiri bengong di bawah salah satu deretan pohon sakura yang menggugurkan kelopaknya akibat guyuran hujan. Mengamati setangkai dahan sakura yang menyisakan beberapa kelopak bunganya yang terhias tetes-tetes embun. membuat perasaan nyaman, dan bayangan akan rumah mungilnya semakin jelas. Tatapan matanya meredup. Ekspresi kerinduan yang sangat.

"Itadakimaaaaaaaaaaasssuuuu~"

Mendengar suara riang dari arah samping, menoleh ke arah pemuda yang memangku kotak bekal. Ah, nenek suka membuatkannya bekal sepanjang yang dia ingat sejak dirinya masih bocah yang belum bisa mengelap ingusnya sendiri.

Rindu.

Kemudian terdengar nyanyian dari gadis yang meloncat-loncat riang tak jauh juga dari pemuda pembawa kotak bekal. Si pembawa kotak bekal mengurungkan niat makan demi mengagetkan si gadis riang. Dan percakapan terjadi di antara mereka. Orang-orang yang riang, dan keriangan memilki daya tarik setara lampu bagi kupu malam untuk seorang Byakuya.

Tak ayal lagi, tubuh berbalik dan melangkah mendekati kedua sumber keriangan di taman sejuk dan sepi ini.

"Wah, kelihatannya enak. Buatanmu sendiri?"

"Iya. kelihatannya enak ya?"Byakuya menimpali si gadis ceria, ikut melongok melalui bahu si pemuda pembawa bekal. sungkan? canggung? Tak harus ada dalam kamus hidup seorang Byakuya.

"Oh..hai!"mengangkat tangan kanannya diringi cengiran tanpa dosa.

_________________________________________

Spoiler: