Liam Morgan

Nama :
Liam Kean Morgan

Jurusan :
Desain

Umur :
18 tahun

Tempat Tanggal Lahir :
Dublin, 23 Juni 1991

Semester :
1

Club yang diikuti :
malas ikut ah…

Tinggi / Berat :
177cm/74 kg

Golongan Darah :
B

Hobi :
Jalan-jalan.

Likes :
Lagu-lagu yang nge-beat, green tea dingin, apa saja yang bisa dibaca, keliling dari satu kafe ke kafe lain bareng teman, orang yang praktis dan tidak manja.

Dislikes :
Cowok yang kecewek-cewekan, cewek ala karakter antagonis di dorama, cewek cengeng… apa saja deh yang ribet.

Personality :
Orang yang simple-minded, spontan, angin-anginan, tidak suka hal-hal yang ribet, tipe spontaneous idealist deh...

Ciri-ciri fisik :
Rambut hitam, mata hitam, postur agak membungkuk, langkah diseret.

Fashion style :
-Asrama / santai: Kaos tanpa lengan, celana jins gembel di atas lutut, sandal kayu (geta) atau sneakers yang diinjak di tumit.
-Kuliah: Kaos, luarnya pakai jaket/jumper/sweater/kemeja yang ga dikancing, celana jins rapi tanpa bolong, sneakers.

Kelebihan :
memiliki feel yang lebih baik tentang estetika seperti pemilihan warna atau komposisi, walau belum terasah; bisa bermain drum.

Kelemahan :
Boros; lemah dalam mata pelajaran eksakta (matematika+IPA).

Latar Belakang :

Liam Morgan, putra sulung Nathan Morgan dan Meredith Morgan. Ayahnya meninggal karena sakit saat ia masuk SMP. Sejak saat itu, ibunya banting tulang meneruskan bisnis furniture ayahnya.

Sejak kecil sudah terlihat bakatnya di bidang seni. Suka menggambar (tepatnya, mencoret-coret semua bidang kosong yang ditemuinya), dan bermain-main dengan cat. Akhirnya oleh sang ayah dibuatkan satu kamar khusus tempat dia boleh mencoret-coret sepuasnya, tidak boleh di tempat lain.

Saat ayahnya meninggal, ia sempat kehilangan panutan dan sempat beberapa hari mengurung diri di kamar.. Namun ia tidak lama bermurung-murung karena keadaan mengharuskannya tetap tegar.

Saat masuk SMA, ia mulai bersentuhan dengan pergaulan buruk anak muda. Pacaran, dugem, merokok, minum minuman keras, bahkan sempat sampai terjerumus ke dalam seks bebas. Beruntung ada paman dari pihak ayahnya yang bekerja sebagai pendeta menyadari keadaannya dan berusaha keras mengembalikannya ke jalan Tuhan. Liam sendiri merasa gaya hidupnya yang rusak itu membunuhnya pelan-pelan sehingga ia sendiri memutuskan untuk berhenti. Sayang sifat borosnya belum bisa hilang.

Ia memutuskan untuk mendaftar di Mihara Daigaku karena berbagai alasan. Sebenarnya tidak harus di Mihara. Yang penting jauh dari ibunya yang belakangan mulai rewel memilihkan tunangan dan membicarakan bisnis furnitur keluarganya. Keputusannya ini didukung oleh pamannya yang beranggapan akan lebih baik bila Liam belajar di luar negeri, karena bisa sekalian belajar hidup mandiri dan mengatur uang belanja.

Liam memiliki adik laki-laki bernama Aidan. Cukup akrab dengan adiknya walau belakangan ia merasa sudah tidak terlalu dekat lagi dengan sang adik.